Rabu, 16 Maret 2011

selintas tentangku


Melelahkan sekali hari ini,, berjuang untuk masa depan dan mudah-mudahan saja dapat berbuah manis, aku benar-benar bingung untuk hari esok, aku tak mau menyia-nyia kan kesempatan yang datang dikala aku akan menuju suatu keberhasilan, namun tak ada jalan semulus harapan.
Aku harus berjuang untuk mendapatkan uang saku untuk esok aku mengikuti seminar itu, Ya Allah bantu aku, agar besok mendapatkan uang untuk aku pergi ke seminar itu, aku meyakini 1 hal, melalui jalan itulah aku dapat membantu biaya kehidupanku di ibukota.
Selain itu, Ya Allah bantulah aku, agar aku mendapatkan pekerjaan di GM. Dan aku juga yakin dari sanalah aku mendapatkan penghasilan untuk membantu biaya hidupku disini. Ya Allah, tanpa Mu aku bukan lah apa-apa,aku hanya berusaha sebisa ku untuk membantu orang tuaku.
Tak hanya itu pintaku, uang yang kami miliki belum cukup untuk biaya semesteran kuliah ku, sedangkan ayahku entah lah beliau bagaimana dan seperti apa, yang aku ketahui hanya satu, beliau tak lagi mengurusi kami anak-anaknya. Baik itu aku dab kedua kakak ku.
Kabar terakhir yang aku tau, tepatnya kamis 2 februari 2011, ayah ku datang tentunya bukan ke rumah melainkan ke rumah tetangga yang memang sudah seperti saudara. Selain memang jarak rumah kami dekat,tetanggaku ini sebut saja Bu N sudah menganggap mama ku seperti ibunya sendiri.
Entah ada angin apa tiba-tiba saja Bu Enok datang kerumah dan menanyakan kakak ku NV, beliau di titipkan pesan oleh ayah ku, katanya ayahku kangen pada kakak ku NV, memang sesak aku mendengarnya namun semua ku tahan dan aku ikhlaskan perkataan itu dengan menghembuskan nafas panjang.
Tak hanya berkata seperti itu,bahkan beliau pun berkata jika ayahku hanya sayang pada kakak ku NV, karena NV lebih mengerti ayah daripada aku dan kakak perempuanku Ika. semakin sesak ketika aku mendengarnya, menahan tangis, menahan perih, menahan gundah. Aku hanya bisa pasrah mendengar itu semua dan hanya dapat berdoa mudah-mudahan Allah memberikan hidayah dan mudah-mudahan suatu saat nanti ayah tau jika aku dan kakak perempuanku juga sayang ayah.
Doa selalu ku panjatkan, kesadaran dan kebahagian keluarga kami selalu menjadi doa yang terucap dalam hela nafas yang berhembus.
Tak habis juka harus membicarakan ayah, dan aku pun tak mau membicarakan nya. Sudahlah,, aku pun paham yang bisa aku lakukan hanya berdoa untuk ayah.
                Aku semakin bimbang hari ini, uang smesteranku belum cukup sedangkan aku harus secepatnya menyusun jadwal kuliah. Aku pasrah, benar-benar pasrah namun aku melihat mama yang benar-benar berkorban demi aku, menguras semua isi tabuangan mama hanya untuk memenuhi kebutuhanku, meski itu belum mencukupi nominal uang yang aku butuhkan dan di balik itu juga mama harus membayar tagihan-tagihan yang cukup besar.
Bahkan gaji mama perbulan pun belum tentu cukup untuk membayar uang yang memang tiap bulan harus di keluarkan mama.
Tanpa ayah mama berjuang melunasinya, tanpa ayah mama membiayaiku kuliah yang memang tak sedikit uang yang mama keluarkan untuk ku tiap bulan nya, dari mulai bayar uang kost ku, kehidupan sehari-hariku yang benar-benar harus tercukupi, terang saja seperti itu aku tinggal di ibu kota di daerah pusat, wajar saja apa-apa semua serba wah.
Awal-awalnya mungkin aku kaget dengan ke adaan lingkungan baru ku itu, maklumlah biasanya apa-apa selalu tersedia dan murah. Tapi disini benar-benar aku harus pintar-pintar membagi kebutuhan sehari-hari, itu hanya sebagian kecil gambaran mengenai kebutuhan hidup (pokok).
                Dari sini aku tau banyak hal tenatang kebebasan dunia, aku memang tak turun untuk mencoba, dan jangan sampai aku memasuki dunia seperti itu.
Tak sedikit temanku pencandu narkotika, bukan hanya itu bahkan ada yang memang menjadi pengedar, Ya Allah,, aku hanya dapat mengelus dada melihat semua itu. Aku ga munafik dari mulai aku SMA, aku mengenal freesex. Bahakn sahabat-sahabatku sendiri adalah pelakunya, mereka menjual diri untuk memenuhi kebutuhan nya. Untuk memenuhi keinginan yang di butuhkan mereka.
Itu adalah sebagian dari masalalu,lewatkan saja toh sekarang teman-temanku sudah kembali ke jalan yang di ridhoi Allah dalam mencari nafkah, meskipun tak semuanya.
                Kembali dalam kehidupan saat ini yang ku jalani, aku berada dalam berbagai lingkungan, berbagai aspek yang memang benar-benar masuk dalam kebeasan malam.
Tapi, sampai detik ini, aku ga peduli dengan dunia itu, yang ku fikirkan hanya mama, membantu mama dan menyelesaikan studyku hingga aku jadi Sarjana Psikologi. Ammin.
Hanya mama yang ada di fikiran ku, hanya mama penyemangatku, mama ingin melihat kesungguhan ku untuk menepati janjiku, membahagiakan beliau.
Usia mama tak lagi muda, hanya tinggal beberapa tahun lagi mama pensiun. Yang ku harapkan hanya satu aku dapat menepati janjiku untuk membahagiakan mama, karena aku tak pantas mengatakan membalas kebaikan mama, karena terlalu banyak pengorbanan yang mama kasih buat aku.
I LOVE U MOM
I LOVE U MOM
I LOVE U MOM
I LOVE U DAD
Karena kalian aku disini, karena kalian aku seperti ini, karena kalian aku begini.
                Kebahagian ku dilengkapi dengan hadirnya RNP, aku akui dia membantu keuanganku juga untuk memenuhi kebutuhan hidupku, aku menyayanginya meski ku akui aku pernah mengecewakan nya.
Meskipun kami jarang bertemu, namun aku yakin RNP sayang aku, karena akupun juga seperti itu.
Aku memang mengharapkan lebih dalam hubungan kami, meskipun aku tak tau Ian mengharapkan nya juga atau tidak.
Terlebih lagi, aku tak sampai hati mengecewakan nya lagi, karena kebaikan dia yang memang meluluhkan ku dan memang taka da alasanku buat ngecewain dia.
You is my good man, I love u RNP.
I miss you, and Very need you.
                Meskipun aku sadar aku bukan cewe sempurna, bahkan mungkin kurang atau bisa di bilang aku ga sempurna, namun aku memiliki mimpi dan keinginan. Yang mudah-mudahan dapat terwujud, namun Aku bukanlah apa-apa tanpa ada ke ridhoan Allah.
                Aku adalah wanita ga sempurna tapi aku merasa sempurna karena masih ada orang-orang yang sayang aku yang senantiasa ada buat aku. Aku menjadi orang beruntung karena aku memiliki mereka yang menyayangiku.
I LOVE MY FAMILY
I LOVE MY SOMEONE (RNP)
                

coretan hidup

            Aku tau aku memang selalu merepotkan orang lain termasuk pacarku RNP, tak jarang kebutuhanku dia bantu, tak jarang kebutuhanku dia penuhi tetap saja disini aku berusaha tak mengeluh sesuatu apapun lagi padanya, aku berusaha tak meminta apapun padanya. namun aku kalah aku meminta sesuatu aku meminta dia menalangi uang kost ku dulu, memang dia belum memberikan uangnya,karena yang jaga nya selalu membuang muka akhirnya aku putuskan pinjam uang sahabatku sekaligus kakak ku “FI”. Lagi-lagi aku berhutang budi padanya. Lagi-lagi kak FI membantuku untuk ke sekian kali.
            Entah bagaimana aku menggantinya, sedangkan mama tiap malam menelfonku, mengeluh soal keuangan padaku, ohh.. mama… aku belum bisa membantu apa-apa, aku hanya menyusahkan mama saja. Sudahlah keluhanku tak berbuah apa-apa aku hanya pasrahkan saja semua pada Allah.
Dan berharap suatu saat nanti perubahan baik mendatangi kami, aku pun tetap bersyukur dengan keadaanku.
Kakak ku saja mengalami krisis  ekonomi,keuangan dalam perusahaan yang dia kelola bersama suaminya sering di curangi pegawainya, hingga kakak pun membantu biayaku kuliah hanya seberapa, dan mama harus bekerja keras demi rupiah yang aku buang untuk study ku.
Tekad ku semakin besar untuk aku bekerja,. Ahh.. namun ini Ibu kota, cukup sulit aku mencari pekerjaan sendirian, mengayuhkan kaki menawarkan jasa pada setiap perusahaan, karena tak sedikit lamaran yang ku kirim, dan tak sedikit interview  yang ku jalani, namun semua “NIHIL”, aku tak kan menyerah, mungkin itu bukan Rezeki ku, sambil aku menyabar-nyabarkan diri.
            Aku akui aku belum memiliki pengalaman kerja, karena aku baru lulus SMA tahun 2010,  pengalamanku bisa dibilang tak ada,namun bukankah manusia itu bisa karena sudah biasa, mereka mencari orang yang berpengalaman kerja, ketika ada orang-orang baru, apakah mereka harus menganggur, karena pihak perusahaan ingin mendapatkan orang yang berpengalaman.
Hufth… aku bingung dengan biaya makin memuncak, mama tetap mengeluh karena biaya-biaya yang harusnya keluar dari pemerintah ternyata terhambat di kabupaten, setiap bulannya gaji mama habis untuk menggalangi biaya bangunan S,selain itu biaya BOS juga belum keluar, sedangkan kebutuhan mama juga banyak, belum lagi mama yang membayar hutang-hutang BANK sendirian,ada campur tangan dari seorang pria yang disebut ayah. Karena akupun belum pernah lagi melihat sosok itu.
Yang harusnya mendoakan aku, yang harus nya bertanggung jawab atas mama dan aku karena aku masih anaknya, terkecuali beliau sudah tak menganggapku anak, karena yang ku dengar demikian, yang ku dengar anaknya hanya satu “NV” (kakak laki-lakiku).
            Aku tak tau pada siapa aku menggantungkan hidup, aku tak mau terlalu memberatkan pada mama, aku tak mau terlalu jadi beban mama.
Kadang aku berfikir, mengapa mama tak menikah lagi saja agar mama ada yang membantu keuangan nya dalam kesehariannya, atau untuk membantu biayaku kuliah, tapi,, bagaimana bisa mama menikah lagi, yahku menggantungkan hubungan pernikahan ini, beliau menikah dengan wanita lain tanpa menceraikan mama secara hukum.
Memang, dalam agama talak sudah di ucapkan, secara agama mama sudah menjanda. Akan tetapi menurut  hokum, mama adalah istri ayah.
Memang tak adil, karena setiap bulan ayah tak menafkahi kami secara lahir, ayahku selalu saja memakai nama ku ketika beliau harus meminjam uang ke BANK, untuk biaya smesteranku katanya, tapi apa tak sepeserpun biaya yang memang dari uang ayah, aku saja harus merengek-rengek ketika aku meminta uang padanya, terkadang aku berfikir aku seperti pengemis pada ayahku sendiri,aku harus menunggu beberapa bulan untuk mendapatkannya itupun hanya Rp.100.000 yang ku dapat ketika aku buka rekening BANK ku, Ya Allah di Ibukota yang begitu mewah ini cukup untuk apa uang yang ku punya ini, aku cukup mengelus dada dan tetap bersyukur sambil batinku menangis bahkan menjerit histeris.
            Dalam sebuah malam, dimana aku memijakkan kakiku diteras atas dalam sebuah rumah kost’n yang cukup murah. Aku menatap langit seperti yang sering aku lakukan setiap malam ketika aku dirumahku. Aku hanya bertemankan angina dan cahaya-cahaya kecil di langit.
Malam ini tak begitu lengkap karena putri malam tak menemaniku, aku tarik nafas panjang-panjang, terbayang wajah mama yang tersenyum kemudian menangis, akupun jatuhkan air mata, aku selalu berdoa untuk mama, untuk keluargaku, untuk masadepanku, untuk orang-orang yang aku sayangi.
Malam temaniku sendiri, menikmati cahaya lampu gedung-gedung tinggi yang menandakan itu kemewahan Ibukota.
Aku kembali menarik nafas, ke nekatanku mengadu nasib di Jakarta memang konyol, karena aku disini tak memiliki siapapun terkecuali tempatku berteduh,uang yang ku miliki dan doa yang sering mama kirim,,
Konyol.. memang konyol aku ini, kenekatanku kadang membuat keluarga ku hawatir, ketika aku jauh dari orang tuaku, ketika aku berada dalam kemewahan,ketika aku dalam kebebasan, ketika aku sendirian, siapa yang melindungiku.
Dan ketika aku terjatuh, siapa yang akan menolongku, karena yang mereka ketahui adalah  IBUKOTA LEBIH KEJAM DARI IBU TIRI.

catatan kecilku

 Tak terasa bergulirnya waktu mengubah ku menjadi sosok gadis yang dewasa, aku mungkin tak setegar mama ku dalam menjalankan hidup, tapi aku bangga dengan mama. Di balik perihnya hidup kami,hanya mama yang mampu membuatku tersenyum dan membuatku berarti. Aku tau di balik senyum mama ada rasa sakit yang luar biasa. Tapi mama tak menunjukan itu padaku,mama selalu ada untuk anak-anaknya, meski kami anaknya telah menggores luka di hati mama..
Mama selalu ada dikala kami butuhkan mama, selalu datang di saat kami memang benar butuh bantuan mama, mama memang inspirasi ku dan mama adalah nyawaku hidup di dunia ini,, hanya mama,,mama,,dan mama..
Enatah dimana seorang ayah yang harusnya bahagiakan kami sebagai anaknya, yang harusnya membiayai kami sebagai keluarganya, yang seharusnya menjadi imam kami yang membutuhkan bimbingan nya,,
Ayah,, kami  butuh ayah.. kami butuh dukungan,kami butuh doa dan kami butuh kasih sayang..
Ayahku berada dalam pangkuan hawa yang dia yakini sang hawa yang mampu mengubah hidup dia dan menjadikan dia berarti, tapi jauh dalam realita ayah hanya dijadikan mesin pencetak uang.
Satu sisi aku mengasihani ayah,tapi di sisi lain aku membenci sifatnya. Setiap saat aku mengemis kasih sayang, setiap saat aku berdoa atas kesadaran ayah, setiap saat aku berharap kami anaknya yang ada di fikiran ayah dan aku berharap jikapun memang wanita itu miliki ayah yang ku minta hanya satu “jangan pisahkan kami”.
Mungkin aku masih belum bisa menerima kenyataan, mungkin aku masih iri dengan ke dua saudaraku,mungkin aku yang masih berfikir ke kanak-kanakkan, karena kedua kakak ku mereka cukup dengan kebahagiaan nya, mereka memiliki kasih sayang ayah hingga mereka terpisah rumah dan mengurus rumah tangga mereka masing-masing. Sedangkan aku aku hanya merasakan kasih sayang utuh hanya sampai usiaku 11 tahun.
Aku melihat mama menangis,aku melihat kejadian demi kejadian yang membuat hatiku teriris. Aku.. aku tak meminta banyak, aku hanya meminta “jangan lupakan aku, karena aku adalah darah dagingmu”.

catatan harian

Mugkin hari ini aku sedang ingin ada yang menerhatikan, aku melamun dalam sebuah ruang kosong, mata ku tertuju pada satu arah dimana disana terpajang foto mama.
Aku menatap mata foto dengan senyum simpul menghiasi wajah nya, dengan senyuman ke ikhlasan yang terbaca ketika melihatnya.
Lamunan ku berawal dari sesuatu yang terjadi hari ini, aku sangat tergantung pada mama, aku sangat merepotkan mama, aku mungkin tak bisa tanpa mama.
fikirku melayang lepas, pikirku makin menjauh dari ambang kesadaran, otak ku mulai bersugesti yang mengeri kan. “jangan sekarang, karena aku belum siap” itu kalimat yang aku katakan.
            Semakin aku merasa aku keterlaluan dengan memberatkan beban ekonomiku pada mama, yang benar-benar sangatlah besar tiap bulan nya, belum lagi ada kakak ku yang belum memiliki penghasian yang pasti. Dan aku semakin siap bahkan aku semakin yakin atas keputusan ku untuk mencari pekerjaan untuk ku.
Namun sayang sekali, kesempatan belum ada untuk ku, jika pun ada selalu saja ada halangan entah ini pertanda apa yang jelas selalu saja ada kendala di kala kesempatan itu mulai hadir.
Mungkin Allah belum percaya padaku, namun aku tetap optimis, aku akan tetap pada pendirianku, membantu perekonomian keluarga ku, setidak nya untuk membiayai hidupku sendiri.
            Aku berniat ingin membagi kesedihan pada pacarku Ian, namun sepertinya dia sibuk dengan urusan nya, lagi-lagi aku seolah sendirian. Karena dia tak balas pesanku waktu itu, aku makin sadih, aku makin membutuhkan  seseorang untuk menenangkanku, namun sepertinya aku harus berusaha menenangkan nya sendiri.
Aku juga tak bisa berbagi cerita dengan temanku, karena aku tak mau di kasihani, bagus dikasihani tapi bagaimana jika teman-temanku menjauhiku karena malu jika memiliki teman sepertiku.
Aku coba tenangkan diriku dengan Istighfar “astaghfirullahaladzim”, ku rebahkan tubuhku dan ku tarik nafas panjang, aku melihat handphone dan ternyata taka da balasan dari Ian, aku berfikir mungkin dia juga ada masalah, atau dia sibuk malam ini.
Yang jelas berdoa saja agar tak terjadi apa-apa padanya. Seperti biasanya jika aku tengah gundah seperti ini aku akan berdiri di pagar depan kamar dan merasakan angin yang menyentuh pipi, dengan itu aku tenang, dengan itu aku merasa memiliki teman, dengan itu aku mampu menenangkan otak ku namun sayang nya cuaca malam ini mendung tanpa bintang, bahkan air menetes membasahi tanah.
            Terang saja aku gundah, terang saja aku kesal, terang saja aku kesepian. Karena aku baru tau jika ayahku baru saja meminjam uang 35juta dan menghabiskan semua gajinya untuk istri mudanya.
Dan yang bikin aku kecewa alasan yang menguatkan meminjam uang itu adalah aku, ayah berbohong katanya uang itu untuk ku, untuk biaya smesteran studyku.
Padahal aku sama sekali tidak tau apa-apa, aku kaget dan marah namun semua percuma. Uang sudah kandas kemarahan tak kan merubah semuanya, hanya membuang-buang tenaga dan waktu yang ada. Aku pun mencoba lagi mengambil telpon genggamku dan aku tak lagi mengirim mesege bahkan aku menelvon ayahku, bukan untuk meminta penjelasan melainkan aku meminta pertanggung jawaban.
Aku meminta ayahku membantu mama membiayai studyku, aku tau percuma berkata demikian pada ayah, pasti tak kan ada hasil.
Pikirku, tak apa tak menghasilkan uang, tapi setidaknya beliau bisa berfikir dimana pertanggung jawaban beliau sebagai seorang ayah, dimana pertanggung jawaban beliau sebagai kepala rumah tangga, karena ada satu hal yang harus dibuka dan dibenar kan dan diterangkan jika “secara hukum mama dan ayahku belum sah bercerai”.
            Perihnya hatiku ketika aku harus terus-terusan melihat mama menangis untuk anak-anaknya, terutama aku ( aku rasa begitu ).
Mama menguras semua tabungan, membanting tulang, meminjam uang kesana kemari hanya untuk seorang Trie.
Anak mama yang sering menyakiti hati mama, anak mama yang sering durhaka pada mama, anak mama yang sering mengecewakan mama. Namun mama tetap berusaha untuk ku. Untuk anak durhaka sepertiku.
Betapa beruntungnya aku, memiliki mama. Betapa beruntungnya aku terlahir dari Rahim mama, betapa beruntungnya aku menjadi bagian dari hidup mama.
Karena aku menyadari jika aku melihat kebelakang, melihat masalaluku. Aku yakin orang tua mana yang akan tahan dengan tingkah laku seorang gadis remaja yang brital seperti aku, jika orang tua yang lain mungkin aku sudah di usir atau mungkin aku tak di akui anak nya lagi.
Namun mama, beliau sangat bermurah hati dan berlapang dada memaafkan aku, dan akupun menyadari jika sampai detik ini aku memang tak baik, tapi aku akan berusaha untuk memperbaiki diri.

all about life

Malam ini aku agak kecewa, karena aku tak dapat bertemu Ian, ian harus pergi keluar kota lagi untuk tempo waktu yang lumayan lama, aku sedih aku semakin kesepian.
Mungkin ian memang tak sering ada jika aku butuh dia, namun aku yakin dia sayang aku.
Aku gak mau berpikir negative aku harus tetap fokus demi kebaikan kami.
Memang rasa hawatir dan rasa takut  semakin besar. Namun aku akan menyimpan semuanya tanpa harus aku lontarkan. Entah ini hal yang salah atau benar yang jelas aku tak mau merusak semuanya karena perasaan yang terus nyelimutin.
Wajarkah aku masih memiliki perasaan seperti ini, masih wajarkah kalo aku takut Ian ninggalin aku?
Sebab aku berfikir ayahku saja yang sudah bersama mama selama 30tahun lebih bisa meninggalkan mama. apalagi seorang Ian yang masih muda,mapan,pekerja keras bahkan tak sedikit pula wanita yang berharap padanya. Tak terkecuali aku.
Tak jarang aku merasa aku adalah wanita beruntung mendapatkan seorang Ian, namun di balik rasa itu aku menyimpan ketakutan yang cukup besar atas dia.
                Mungkin aku egois karena aku ingin dia terus bersamaku, namun aku juga tak munafik aku sangat menyayangi dia, mungkin dia ga pernah menyadari jika dia juga menjadi semangatku untuk hidupku (selain mama dan kakakku).
dan dia terlalu dingin dan terlalu  tak mau tau, karena aku melihat dia tak begitu tertarik dengan kehidupanku, dengan hari-hariku, Atau mungkin dia malas dengan kehidupanku yang memang kacau.
Entahlah siapa yang tau hati orang lain. Yang jelas asalkan dia bersamaku itu lebih dari cukup untuk ku.
Meskipun terkadang aku ingin sekali dia memperhatikanku dan menanyakan keadaanku. Tapi ya.. aku juga ga mungkin memaksa dia untuk itu, aku juga ga mungkin meminta dia untuk suatu hal yang ga penting, aku juga harus memikirkan jika dia tak ada waktu untuk sekedar basa basi seperti itu, karena dia terlalu banyak urusan dan terlalu banyak pekerjaan yang menunggu dia.
I love my husband
I love my Ian
Aku harap dia merasakan meskipun dia ga tau kalo aku sayang dia, aku cinta dia.
Aku juga berharap dia serius menjalani hubungan ini, karena aku gak mau kecewa lagi.