Aku tau aku memang selalu merepotkan orang lain termasuk pacarku RNP, tak jarang kebutuhanku dia bantu, tak jarang kebutuhanku dia penuhi tetap saja disini aku berusaha tak mengeluh sesuatu apapun lagi padanya, aku berusaha tak meminta apapun padanya. namun aku kalah aku meminta sesuatu aku meminta dia menalangi uang kost ku dulu, memang dia belum memberikan uangnya,karena yang jaga nya selalu membuang muka akhirnya aku putuskan pinjam uang sahabatku sekaligus kakak ku “FI”. Lagi-lagi aku berhutang budi padanya. Lagi-lagi kak FI membantuku untuk ke sekian kali.
Entah bagaimana aku menggantinya, sedangkan mama tiap malam menelfonku, mengeluh soal keuangan padaku, ohh.. mama… aku belum bisa membantu apa-apa, aku hanya menyusahkan mama saja. Sudahlah keluhanku tak berbuah apa-apa aku hanya pasrahkan saja semua pada Allah.
Dan berharap suatu saat nanti perubahan baik mendatangi kami, aku pun tetap bersyukur dengan keadaanku.
Kakak ku saja mengalami krisis ekonomi,keuangan dalam perusahaan yang dia kelola bersama suaminya sering di curangi pegawainya, hingga kakak pun membantu biayaku kuliah hanya seberapa, dan mama harus bekerja keras demi rupiah yang aku buang untuk study ku.
Tekad ku semakin besar untuk aku bekerja,. Ahh.. namun ini Ibu kota, cukup sulit aku mencari pekerjaan sendirian, mengayuhkan kaki menawarkan jasa pada setiap perusahaan, karena tak sedikit lamaran yang ku kirim, dan tak sedikit interview yang ku jalani, namun semua “NIHIL”, aku tak kan menyerah, mungkin itu bukan Rezeki ku, sambil aku menyabar-nyabarkan diri.
Aku akui aku belum memiliki pengalaman kerja, karena aku baru lulus SMA tahun 2010, pengalamanku bisa dibilang tak ada,namun bukankah manusia itu bisa karena sudah biasa, mereka mencari orang yang berpengalaman kerja, ketika ada orang-orang baru, apakah mereka harus menganggur, karena pihak perusahaan ingin mendapatkan orang yang berpengalaman.
Hufth… aku bingung dengan biaya makin memuncak, mama tetap mengeluh karena biaya-biaya yang harusnya keluar dari pemerintah ternyata terhambat di kabupaten, setiap bulannya gaji mama habis untuk menggalangi biaya bangunan S,selain itu biaya BOS juga belum keluar, sedangkan kebutuhan mama juga banyak, belum lagi mama yang membayar hutang-hutang BANK sendirian,ada campur tangan dari seorang pria yang disebut ayah. Karena akupun belum pernah lagi melihat sosok itu.
Yang harusnya mendoakan aku, yang harus nya bertanggung jawab atas mama dan aku karena aku masih anaknya, terkecuali beliau sudah tak menganggapku anak, karena yang ku dengar demikian, yang ku dengar anaknya hanya satu “NV” (kakak laki-lakiku).
Aku tak tau pada siapa aku menggantungkan hidup, aku tak mau terlalu memberatkan pada mama, aku tak mau terlalu jadi beban mama.
Kadang aku berfikir, mengapa mama tak menikah lagi saja agar mama ada yang membantu keuangan nya dalam kesehariannya, atau untuk membantu biayaku kuliah, tapi,, bagaimana bisa mama menikah lagi, yahku menggantungkan hubungan pernikahan ini, beliau menikah dengan wanita lain tanpa menceraikan mama secara hukum.
Memang, dalam agama talak sudah di ucapkan, secara agama mama sudah menjanda. Akan tetapi menurut hokum, mama adalah istri ayah.
Memang tak adil, karena setiap bulan ayah tak menafkahi kami secara lahir, ayahku selalu saja memakai nama ku ketika beliau harus meminjam uang ke BANK, untuk biaya smesteranku katanya, tapi apa tak sepeserpun biaya yang memang dari uang ayah, aku saja harus merengek-rengek ketika aku meminta uang padanya, terkadang aku berfikir aku seperti pengemis pada ayahku sendiri,aku harus menunggu beberapa bulan untuk mendapatkannya itupun hanya Rp.100.000 yang ku dapat ketika aku buka rekening BANK ku, Ya Allah di Ibukota yang begitu mewah ini cukup untuk apa uang yang ku punya ini, aku cukup mengelus dada dan tetap bersyukur sambil batinku menangis bahkan menjerit histeris.
Dalam sebuah malam, dimana aku memijakkan kakiku diteras atas dalam sebuah rumah kost’n yang cukup murah. Aku menatap langit seperti yang sering aku lakukan setiap malam ketika aku dirumahku. Aku hanya bertemankan angina dan cahaya-cahaya kecil di langit.
Malam ini tak begitu lengkap karena putri malam tak menemaniku, aku tarik nafas panjang-panjang, terbayang wajah mama yang tersenyum kemudian menangis, akupun jatuhkan air mata, aku selalu berdoa untuk mama, untuk keluargaku, untuk masadepanku, untuk orang-orang yang aku sayangi.
Malam temaniku sendiri, menikmati cahaya lampu gedung-gedung tinggi yang menandakan itu kemewahan Ibukota.
Aku kembali menarik nafas, ke nekatanku mengadu nasib di Jakarta memang konyol, karena aku disini tak memiliki siapapun terkecuali tempatku berteduh,uang yang ku miliki dan doa yang sering mama kirim,,
Konyol.. memang konyol aku ini, kenekatanku kadang membuat keluarga ku hawatir, ketika aku jauh dari orang tuaku, ketika aku berada dalam kemewahan,ketika aku dalam kebebasan, ketika aku sendirian, siapa yang melindungiku.
Dan ketika aku terjatuh, siapa yang akan menolongku, karena yang mereka ketahui adalah IBUKOTA LEBIH KEJAM DARI IBU TIRI.
BISMILLAH. SILAHKAN DIKUNJUNGI http://transblogfauzan-indonesia.blogspot.com dan KLIK HALAMAN UTAMA. SILAHKAN DISAMPAIKAN KEPADA KELUARGA, SAUDARA, DAN TEMAN2 YANG LAIN.
BalasHapus